Rabu, 14 Maret 2012

Perkembangan Anak di Lingkungan Sekolah


A.    Perkembangan Anak di Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam perilaku sosialnya setelah ia masuk ke sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan anggota keluarga yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga. Suasana dirumah bercorak informal dan banyak tindakan yang diizinkan menurut suasana di rumah.
Anak itu mengalami suasana yang berbeda di sekolah. Ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah seorang di antara puluhan murid lainnya di dalam kelas. Dengan suasana kelas demikian, anak itu melihat dirinya sebagai salah seorang di antara anak-anak lainnya. Jadi di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas keterampilan sosialnya. Ia juga berkenalan dengan anak yang berbagai ragam latar belakang dan belajar untuk menjalankan peranannya dalam struktur sosial yang dihadapinya di sekolah.
Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin dan kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
Sekolah berfungsi dan bertujuan sebagai lembaga untuk memproses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Santrok dan Yussen, sekolah dilukiskan sebagai masyarakat kecil bagi anak yang memiliki budaya, norma dan aturan, serta tuntutan-tuntutan tertentu. Dengan demikian sekolah mendefinisikan dan membatasi prilaku, perasaan, dan sikap anak.
Dalam lingkungan sekolah juga terdapat struktur dan iklim kelas. Yang dimaksud struktur kelas ialah sebagai pola-pola hubungan yang dikembangkan dalam proses interaksi aktifitas kelas. Sedangkan, iklim kelas menyangkut suasana emosional yang berkembang dan dialami oleh anggota kelas, khusunya anak, di saat kegiatan kelas berlangsung.
Sementara itu, cara pembelajaran di lingkungan sekolah yang hanya menekankan unsur-unsur pengetahuan dan bersifat verbalistik akan mengakibatkan proses pembelajaran hanya berkenaan dengan pengayaan pengetahuan namun kurang bermakna bagi anak sehingga hasilnya akan sangat mudah untuk dilupakan oleh anak. Kurangnya anak diberi kesempatan untuk memecahkan masalah, berdiskusi, dan berinteraksi dengan temannya menyebabkan aspek-aspek pribadi anak kurang dikembangkan.

B.     Sifat-Sifat, Fungsi, dan Peranan Lembaga Pendidikan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga yang bersifat formal namun tidak kodrati. Kendatipun demikian banyak orang tua (dengan berbagai alasan) menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah. Dari kenyataan tersebut, maka menurut Hasbullah (1999) sifat-sifat dari pendidikan sekolah tersebut adalah:
1.            Tumbuh Sesudah Keluarga (pendidikan kedua) Dalam sebuah keluarga tidak selamanya tersedia kesempatan dan kesanggupan memberikan pendidikan kepada anaknya, sehingga keluarga menyerahkan tanggung jawabnya kepada sekolah. Di sekolah, anak-anak memperoleh kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu yang lain. Di samping itu juga diberikan pelajaran menghargai keindahan, membedakan benar dan salah serta pendidikan agama. Materi-materi tersebut jelas sangat sulit diselenggarakan di lingkungan keluarga.
2.            Lembaga Pendidikan Formal, Dinamakan lembaga pendidikan formal, karena sekolah mempunyai bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan resmi, misalnya di sekolah ada rencana pengajaran, jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk sekolah secara keseluruhan.
3.            Lembaga Pendidikan yang Tidak Bersifat Kodrati, Lembaga pendidikan didirikan atas dasar hubungan darah antara guru dan murid seperti halnya di keluarga, tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat formal. Murid juga secara kodrat harus mengikuti pendidikan sekolah tertentu, karena itu sekolah merupakan pendidikan yang tidak bersifat kodrati. Dalam hal ini sudah barang tentu hubungan antara pendidik dan anak didik di sekolah tidak seakrab hubungan di dalam kehidupan keluarga, sebab di antara guru dan murid tidak ada ikatan berdasarkan hubungan darah, di samping itu terlalu banyak murid yang harus dihadapi oleh guru.
Sekolah berfungsi dan bertujuan sebagai lembaga untuk memproses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Santrok dan Yussen, sekolah dilukiskan sebagai masyarakat kecil bagi anak yang memiliki budaya, norma dan aturan, serta tuntutan-tuntutan tertentu. Dengan demikian sekolah mendefinisikan dan membatasi prilaku, perasaan, dan sikap anak.
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum, antara lain yaitu,
1.            Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
2.            Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
3.            Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Jelasnya bisa dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan, betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar