A. Kadar CBSA Dalam Pembelajaran
Kadar ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya
keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak
dan semakin beragamnya keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi
pula kadar ke-CBSA-annya. Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan dan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, maka berarti semakin rendah
kadar CBSA tersebut.
Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar
menunjukkan ciri-ciri, sebagai berilmu :
1.
Pada
tingkat masukan, ditandai oleh:
· Adanya
keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimiliki sebagai
baban masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
·
Adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang
menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.
·
Adanya
keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pembelajaran.
·
Adanya
keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan
sebagai alat bantu belajar.
·
Adanya
kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan
kegiatan belajar.
2.
Pada
tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:
·
Adanya
keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal
dalam proses belajar.
·
Adanya
berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan,
dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang
cukup tinggi.
·
Keterlibatan
secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras
dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.
·
Keterlibatan
siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh
pengalaman belajar serta turut membantu mengorganisasikan lingkungan belajar
itu, baik secara individual maupun secara kelompok.
·
Keterlibatan
siswa dalam meneari imformasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan tepat
guna bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah mereka
rumuskan sendiri.
·
Keterlibatan
siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas penanyaan guru,
mengajukan penanyaan/ masalah dam berupaya menjawabnya sendiri, menilai jawaban
dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses
belajar mengajar tersebut.
3.
Pada
tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
·
Ketertibatan
siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
·
Keterlibatan
siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen
penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
·
Keterlibatan
siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil
belajar.
·
Keterlibatan
siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagal hasil belajar dan pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat
ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu proses belajar mengajar, dan bila
mungkin di klasifikasikan menjadi: kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar
rendah. Kendatipun tampak, bahwa keaktifan guru sangat menonjol, namun tidak
berarti keaktifan guru di abaikan. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru
sebagai fasilitator dan pengorganisasian belajar, maka kadar CBSA yang
diinginkan tak mungkin tercapai. Guru tetap bertanggungjawab menciptakan
lingkungan belajar yang mampu mengundang / menantang siswa untuk belajar.
B.
Rambu-rambu Penyelenggaraan CBSA
Yang dimaksud
dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat
diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling
tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses
belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi.
Rambu-rambu yang
dimaksud adalah
·
Kuantitas dan kualitas pengalaman yang
membelajarakan.
·
Keberanian siswa dalam mewujudkan minat,
keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
·
Keberanian dan keinginan siswa untuk
ikut serta dalam proses pembelajaran.
·
Usaha dan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran.
·
Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
·
Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri
siswa .
·
Kuantitas dan kualitas usaha yang
dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa.
·
Kualitas guru sebagai innovator dan
fasilisator.
·
Tingkat sikap guru yang tidak
mendominasi dalam proses pembelajaran.
·
Kuantitas dan kualitas metode dan media
yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
·
Keterikatan guru terhadap program
pembelajaran.
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru
harus sesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang
sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih
tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu,
keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang
berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
1.
Berdasarkan kecepatan Masing-Masing
siswa
Pada
saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran
dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang
mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas
kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa
adalah pengajaran modul.
2.
Pengelompokan berdasarkan kemampuan
Pengelompokan
yang homogin dan didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan
pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satu
kelompok maka hal ini mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya
secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan
intelektualnya.
3.
Pengelompokkan berdasarkan persamaan
minat
Pada suatu guru perlu
memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat.
Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada
suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar